THE PALOPO'S - Terlanjur Cinta (original/single)


Band Asal Kota Palopo yang berhasil menembus blantika musik tanah air... download terlanjur-cinta.mp3


Berikut lyrik lagunya
The Palopo’s – Terlanjur Cinta

Jangan pernah kau berfikir bahwa ku tak ada

Sedetikpun hanya bayangmu yang di hatiku

Ku berjanji akan slalu setia kepadamu

Demi Tuhan ku rela mati demi dirimu


Jangan pernah kau berfikir bahwa ku tak ada

Sedetikpun hanya bayangmu yang di hatiku

Ku berjanji akan slalu setia kepadamu

Demi Tuhan ku rela mati demi dirimu

Ku terlanjur, ku terlanjur sayang kepadamu

Ku terlanjur cinta kepadamu, wahai kekasihku

Jangan pernah, jangan pernah kau duakan aku

Jangan pernah kau tinggalkan aku, wahai kekasihku

Ku rela pabila Tuhan akan memanggilmu

Ku terlanjur, ku terlanjur sayang kepadamu

Ku terlanjur cinta kepadamu, wahai kekasihku

Jangan pernah, jangan pernah kau duakan aku

Jangan pernah kau tinggalkan aku, wahai kekasihku

Ku terlanjur, ku terlanjur sayang kepadamu

Ku terlanjur cinta kepadamu, wahai kekasihku

Jangan pernah, jangan pernah kau duakan aku

Jangan pernah kau tinggalkan aku, wahai kekasihku

Selengkapnya Boss..

Isak tangis kembali Mewarnai kotaku...


Tepatnya 8 November 2009 dipertengahan malam tatkala sebahagian warga tengah lelap dalam tidurnya bencana itu datang.......

Tepatnya 8 November 2009 dipertengahan malam tatkala sebahagian warga tengah lelap dalam tidurnya bencana itu datang.

Semburan lumpur dan batu disertai material kayu gelondongan menerpa pemukiman saudara saudaraku di Kelurahan Battang Barat Kecamatan Wara Barat Kota Palopo

Tak ada yang menyangka bencana itu akan datang dan merenggut 13 nyawa warga setempat dan menyisahkan duka mendalam bagi lainnya...

Cobaan kah ini atau hanya teguran atau mungkin saja ini hukuman.. Wallahu Walam.






Selengkapnya Boss..

Cerita Nostalgia Anak Palopo


Aku dilahirkan dalam keluarga sederhana pada bulan Juni 1975 disuatu desa yang bernama Salobulo. Walau sederhana namun aku dibesarkan dalam keluarga yang religi,humoris dan demokratis.

Bermain "Sunju'","enggo",lompat tali,kelereng,mencari kerang di sela-sela pohon bakau adalah salah satu dari sekian banyak permainanku dimasa kecil,permainan yang sudah teramat langka yg seakan hilang ditelan oleh PS dan Games.

Ah..suatu masa yang paling indah yang pernah ada dalam kehidupanku. Oleh karena kehidupanku yang serba sederhana,aku membantu orang tuaku dgn berjualan koran setiap aku pulang sekolah, pekerjaan itu kulakukan sejak kelas 5 SD sampai dengan tamat SMP.

Aku ingat gajiku waktu itu sebesar Rp. 5.000,- per bulan. Alhamdulillah uang itu bisa aku pakai utk membiayai sekolahku. Sewaktu SMA,ada niat dalam hatiku untuk berhenti sekolah,walau aku tahu aku bukanlah anak yang tergolong ber IQ rendah. Yah...aku iba melihat kondisi keuangan orang tuaku. Segala upaya aku lakukan agar aku dikeluarkan dari sekolah.

Jadilah aku seorang siswa SMAN 2 yg nakal.Tpi dgn keteguhan hati kedua orang tuaku yg terus menasehati aku,akhirnya aku berhasil tamat dgn hasil yg memuaskan.Hal inilah yang aku sadari sekarang,apa jadinya aku seandainya aku tidak bersekolah ?

Pada tahun 2004, aku mendapat perintah dari Komandanku untuk mengikuti latihan terjun payung bersama Tentara Brunai Darussalam, diantara sekian banyak kawan-kawanku,akulah satu-satunya anak yang berdarah Palopo asli.(salah satu tugas dri sekian banyak tugas yg pernah aku jalani) Jujur agak nerfous juga sih..

Tapi aku teringat akan cerita orang tuaku tentang keberanian raja-raja Luwu,Sawerigading,Andi Jemma dll.Aku berkata pada diriku "aku anak Luwu,Raja-rajaku adlh orang-orang pemberani" Dengan mengucap Basmallah,akhirnya aku bisa menjalankan tugas tersebut dgn hasil yang memuaskan. Catatan yang bisa dipetik dari cerita diatas,khususnya untuk adik-adikku para pemuda dan pelajar adalah :

1. Tuntutlah ilmu setinggi-tingginya, jangan pernah menyerah dan putus asa,apa jadinya masa depan tanpa ilmu.

2. Kesederhanaan bukan halangan untuk kita meraih cita-cita, asal kita mau berusaha,bekerja keras dan tak lupa do'a, Insya Allah Tuhan akan memberikan jalan.

3. Kembangkan terus potensi diri, angkat dan jagalah nama baik Palopo, tanah kita yang tercinta,dimanapun kita berada.

4. Janganlah menjadi seorang pemuda yang pengecut !

Ingat..Raja-raja kita adalah raja-raja yang pemberani & pantang menyerah. Kata-kata bijak " JANGAN TANYAKAN APA YANG TELAH KOTA PALOPO BERIKAN KEPADAMU, TAPI TANYAKAN PADA DIRIMU APA YANG TELAH KAMU BERIKAN PADA PALOPO".

Sekian dan terimakasih.

Penulis : Al Isman Sersan Mayor Saat ini bertugas di Ajudan Jenderal Divisi Infanteri 1 Kostrad Cilodong Depok Jabar.

Dikutip dari situs : http://palopokota.go.id

Selengkapnya Boss..

Masjid Tua Palopo


Masjid  Tua Palopo merupakan masjid Kerajaan Luwu yang didirikan oleh Raja Luwu yang bernama Datu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi Sultan Abdullah Matinroe pada tahun 1604 M. Masjid yang memiliki luas 15 m2 ini diberi nama Tua, karena usianya yang sudah tua. Sedangkan nama Palopo diambil dari kata dalam bahasa Bugis dan Luwu yang memiliki dua arti, yaitu: pertama, penganan yang terbuat dari campuran nasi ketan dan air gula; kedua, memasukkan pasak dalam lubang tiang bangunan. Kedua makna ini memiliki relasi dengan proses pembangunan Masjid Tua Palopo ini.
Sebagian masyarakat percaya bahwa bagi orang yang datang ke Kota Palopo, belum dikatakan resmi menginjakkan kaki di kota ini apabila belum menyentuh tiang utama Masjid Tua Palopo yang terbuat dari pohon Cinaduri, serta dinding tembok yang menggunakan bahan campuran dari putih telur.

Selayang Pandang
Masjid  Tua Palopo merupakan masjid Kerajaan Luwu yang didirikan oleh Raja Luwu yang bernama Datu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi Sultan Abdullah Matinroe pada tahun 1604 M. Masjid yang memiliki luas 15 m2 ini diberi nama Tua, karena usianya yang sudah tua. Sedangkan nama Palopo diambil dari kata dalam bahasa Bugis dan Luwu yang memiliki dua arti, yaitu: pertama, penganan yang terbuat dari campuran nasi ketan dan air gula; kedua, memasukkan pasak dalam lubang tiang bangunan. Kedua makna ini memiliki relasi dengan proses pembangunan Masjid Tua Palopo ini.
Sebagian masyarakat percaya bahwa bagi orang yang datang ke Kota Palopo, belum dikatakan resmi menginjakkan kaki di kota ini apabila belum menyentuh tiang utama Masjid Tua Palopo yang terbuat dari pohon Cinaduri, serta dinding tembok yang menggunakan bahan campuran dari putih telur. Oleh karena itu, masjid ini tidak pernah sepi dari jemaah, khususnya pada bulan Ramadhan. Pada bulan tersebut, setiap selesai shalat dhuhur hingga menjelang berbuka puasa, biasanya para jamaah tetap tinggal di masjid untuk mengaji, tadarrus Alquran, dan berzikir. Jamaah yang datang bukan hanya warga Kota Palopo, tetapi banyak juga yang datang dari kabupaten tetangga, seperti Luwu, Luwu Utara, Sidrap, dan Wajo.
Masjid Tua Palopo ini sudah beberapa kali direnovasi. Meskipun demikian, bentuk artsitekturnya tidak banyak mengalami perubahan. Untuk pemeliharaan dan pengelolaannya, pemerintah daerah setempat telah mengalokasikan dana ABPD setiap tahunnya, yaitu berupa honor untuk karyawan, guru mengaji dan tiga imam. Selain mendapat honor, para pengelola masjid tersebut juga mendapat tunjangan fasilitas berupa pemanfaatan air PDAM secara gratis.
  
Keistimewaan
Arsitektur Masjid Tua Palopo ini sangat unik. Ada empat unsur penting yang bersebati (melekat) dalam konstruksi masjid tua ini, yaitu unsur lokal Bugis, Jawa, Hindu dan Islam.
Pertama, unsur lokal Bugis. Unsur ini terlihat pada struktur bangunan masjid secara keseluruhan yang terdiri dari tiga susun yang mengikuti konsep rumah panggung. Konsep tiga susun ini juga konsisten diterapkan pada bagian lainnya, seperti atap dan hiasannya yang terdiri dari tiga susun; tiang penyangga juga terdiri dari tiga susun, yaitu pallanga (umpak), alliri possi (tiang pusat) dan soddu; dinding tiga susun yang ditandai oleh bentuk pelipit (gerigi); dan pewarnaan tiang bangunan yang bersusun tiga dari atas ke bawah, dimulai dari warna hijau, putih dan coklat.
Kedua, unsur Jawa. Unsur ini terlihat pada bagian atap, yang dipengaruhi oleh atap rumah joglo Jawa yang berbentuk piramida bertumpuk tiga atau sering disebut tajug. Dua tumpang atap pada bagian bawah disangga oleh empat tiang, dalam konstruksi Jawa sering disebut sokoguru. Sedangkan atap piramida paling atas disangga oleh kolom (pilar) tunggal dari kayu cinna gori (Cinaduri) yang berdiameter 90 centimeter. Pada puncak atap masjid, terdapat hiasan dari keramik berwarna biru yang diperkirakan berasal dari Cina.
Ketiga, unsur Hindu. Unsur ini terlihat pada denah masjid yang berbentuk segi empat yang dipengaruhi oleh konstruksi candi. Pada dinding bagian bawah, terdapat hiasan bunga lotus, mirip dengan hiasan di Candi Borobudur. Pada dinding bagian atas juga terdapat motif alur yang mirip dengan hiasan candi di Jawa.
Keempat, unsur Islam. Unsur ini terlihat pada jendela masjid, yaitu terdapat lima terali besi yang berbentuk tegak, yang melambangkan jumlah shalat wajib dalam sehari semalam.

Lokasi
Masjid Tua Palopo terletak di Jalan Andi Djemma Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Disekitar lokasi Mesjid Jami' Tua terdapat juga lokasi Istana Kedatuan Luwu.

Akses
Kota Palopo berada 390 km di sebelah utara Kota Makassar. Perjalanan dari Kota Makassar ke Kota Palopo dapat ditempuh dengan menggunakan mobil pribadi maupun dengan angkutan umum, berupa mobil panther, kijang, dan bus.

Harga Tiket Masuk
Pengunjung tidak dipungut biaya masuk.


(Samsuni/wm/07/02-08)
Sumber : http://www.wisatamelayu.com
Foto : Infokom Palopo

Selengkapnya Boss..

Sekilas Kota Palopo


Menapaki perjalanan panjang yang cukup melelahkan, dengan jarak tempuh sekitar 362 Km dari Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan , bukanlah hal sia-sia untuk menikmati keramahan khas sebuah kota yang menampakkan citranya melalui bentuk Kota Tujuh Dimensi yang terletak diujung Propinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 247,52 km2 , yang berbatasan dengan Kabupaten Luwu dibagian Selatan dan Utara, Kabupaten Tanah Toraja dibagian Barat dan Teluk Bone dibagian Timur.

Aroma khas pegunungan, hawa pesisir pantai dari teluk yang terbentang, serta pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam, merupakan kesan tersendiri dari sekian banyak catatan perjalanan panjang di Kota Idaman yang menamakan dirinya Kota Palopo.

Diawal jumpa, dari arah selatan Kota Palopo terusan Kota Makassar, nuansa sejuk yang dibaluti rindangnya pepohonan dari Bukit Sampoddo seakan menyambut dengan sapaan selamat datang, bagi siapa saja yang memasuki Kota Palopo.

Begitu pula dari arah barat gerbang batas wilayah Kota Palopo yang menghubungkan langsung dengan Kabupaten Tana Toraja, balutan kabut tebal di kala pagi dan senja hari, menjadi sajian khas kelokan jalan pegunungan menuju titik Kota Palopo.

Dari arah utara, sebuah jembatan panjang yang diberi nama Jembatan Miring, bakal menandai kedatangan kita di keramahan Kota Idaman. Sementara di bagian timur hamparan pesisir pantai Teluk Bone, dengan khasana khas kehidupan masyarakat pesisirnya menjadi pemandangan awal tatkala kita menginjakkan kaki di Pelabuhan Tanjung Ringgit sebagai pintu gerbang pelabuhan Kota Palopo.

Kota Palopo, dahulu disebut Kota Administratip (Kotip) Palopo, merupakan Ibu Kota Kabupaten Luwu yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor Tahun 42 Tahun 1986

Seiring dengan perkembangan zaman, tatkala gaung reformasi bergulir dan melahirkan UU No. 22 Tahun 1999 dan PP 129 Tahun 2000, telah membuka peluang bagi Kota Administratif di Seluruh Indonesia yang telah memenuhi sejumlah persyaratan untuk dapat ditingkatkan statusnya menjadi sebuah daerah otonom.

Ide peningkatan status Kotip Palopo menjadi daerah otonom , bergulir melalui aspirasi masyarakat yang menginginkan peningkatan status kala itu, yang ditandai dengan lahirnya beberapa dukungan peningkatan status Kotip Palopo menjadi Daerah Otonom Kota Palopo dari beberapa unsur kelembagaan penguat seperti Surat Bupati Luwu No. 135/09/TAPEM Tanggal 9 Januari 2001, Tentang Usul Peningkatan Status Kotip Palopo menjadi Kota Palopo; Keputusan DPRD Kabupaten Luwu No. 55 Tahun 2000 Tanggal 7 September 2000, tentang Persetujuan Pemekaran/Peningkatan Status Kotip Palopo menjadi Kota Otonomi; Surat Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan No. 135/922/OTODA tanggal 30 Maret 2001 Tentang Usul Pembentukan Kotip Palopo menjadi Kota Palopo; Keputusan DPRD Propinsi Sulawesi Selatan No. 41/III/2001 tanggal 29 Maret 2001 Tentang Persetujuan Pembentukan Kotip Palopo menjadi Kota Palopo; Hasil Seminar Kota Administratip Palopo Menjadi Kota Palopo; Surat dan dukungan Organisasi Masyarakat, Oraganisasi Politik, Organisasi Pemuda, Organisasi Wanita dan Organisasi Profesi; Pula di barengi oleh Aksi Bersama LSM Kabupaten Luwu memperjuangkan Kotip Palopo menjadi Kota Palopo, lalu kemudian dilanjutkan oleh Forum Peduli Kota.

Akhirnya setelah Pemerintah Pusat melalui Depdagri meninjau kelengkapan administrasi serta melihat sisi potensi, kondisi wilayah dan letak geografis Kotip Palopo yang berada pada Jalur Trans Sulawesi dan sebagai pusat pelayanan jasa perdagangan terhadap beberapa kabupaten sekitar, meliputi Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Tana Toraja dan Kabupaten Wajo serta didukung sebagai pusat pengembangan pendidikan di kawasan utara Sulawesi Selatan, dengan kelengkapan sarana pendidikan yang tinggi, sarana telekomunikasi dan sarana transportasi pelabuhan laut, Kotip Palopo kemudian ditingkatkan statusnya menjadi Daerah Otonom Kota Palopo .

Tanggal 2 Juli 2002, merupakan salah satu tonggak sejarah perjuangan pembangunan Kota Palopo, dengan di tanda tanganinya prasasti pengakuan atas daerah otonom Kota Palopo oleh Bapak Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia , berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Palopo dan Kabupaten Mamasa Provinsii Sulawesi Selatan , yang akhirnya menjadi sebuah Daerah Otonom, dengan bentuk dan model pemerintahan serta letak wilayah geografis tersendiri, berpisah dari induknya yakni Kabupaten Luwu.

Diawal terbentuknya sebagai daerah otonom, Kota Palopo hanya memiliki 4 Wilayah Kecamatan yang meliputi 19 Kelurahan dan 9 Desa. Namun seiring dengan perkembangan dinamika Kota Palopo dalam segala bidang sehingga untuk mendekatkan pelayanan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat , maka pada tahun 2006 wilayah kecamatan di Kota Palopo kemudian dimekarkan menjadi 9 Kecamatan dan 48 Kelurahan.

Kota Palopo dinakhodai pertama kali oleh Bapak Drs. H.P.A. Tenriadjeng, Msi, yang di beri amanah sebagai penjabat Walikota (Caretaker) kala itu, mengawali pembangunan Kota Palopo selama kurun waktu satu tahun , hingga kemudian dipilih sebagai Walikota defenitif oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palopo, untuk memimpin Kota Palopo Periode 2003-2008, yang sekaligus mencatatkan dirinya selaku Walikota pertama di Kota Palopo.

Selengkapnya Boss..